Di tempat ini
kupelajari egoistik
orang lama dalam tutur katanya
seolah-olah
ada sesuatu yang tidak melengkapi
di sepanjang jalanan dunia kehidupan
puas kurenungi wajah orang lama itu
kudasari akal fikrah
meneliti rias tata wajah
belum juga kutemui
apapun.
Hotel Grand Blue Wave - November 2011.
Tuesday, November 16, 2010
Monday, November 1, 2010
Wajah Mu
Wajah Mu
(Di Teluk Gorek, Mersing Oktober 2010 - Puisi Malam Ini)
Di subuh yang hening
kutelurusi gigi pepantai
alunan ombak lembut mengusapi tebing
halus pasir
jejak kaki membenam
nafas hela perlahan
ekor mata menelanjangi
seluruh pantai itu

rela keizinkan bayu
mengusapi pipi
pancaran mentari
sentiasa cemburu
sejauh mata memandang
sejauh itu juga kenanganku
mengimbau kesepian diri
menguliti mimpi-mimpi semalam
Wahai kenangan...
ditengah-tengah keriuhan laku pelajar
senda gurau
tawa mesra mereka
masih belum lagi membangkitkanku
dari lena yang panjang
entah mengapa...
di sepanjang perjalanan tawa mereka
aku masih tetap tidak merasa apa-apa
penuh kepasrahan.
Dirgahayu keindahan pantai Teluk Gorek
mengamit sepi perantau ini
dalam dimensinya sendiri.
(Di Teluk Gorek, Mersing Oktober 2010 - Puisi Malam Ini)
Di subuh yang hening
kutelurusi gigi pepantai
alunan ombak lembut mengusapi tebing
halus pasir
jejak kaki membenam
nafas hela perlahan
ekor mata menelanjangi
seluruh pantai itu

rela keizinkan bayu
mengusapi pipi
pancaran mentari
sentiasa cemburu
sejauh mata memandang
sejauh itu juga kenanganku
mengimbau kesepian diri
menguliti mimpi-mimpi semalam
Wahai kenangan...
ditengah-tengah keriuhan laku pelajar
senda gurau
tawa mesra mereka
masih belum lagi membangkitkanku
dari lena yang panjang
entah mengapa...
di sepanjang perjalanan tawa mereka
aku masih tetap tidak merasa apa-apa
penuh kepasrahan.
Dirgahayu keindahan pantai Teluk Gorek
mengamit sepi perantau ini
dalam dimensinya sendiri.
Wednesday, July 28, 2010
Sang Anak Anjing
(Puisi Malam Ini)
Aku anak anjing rupanya...
bukan anjing kurap
bukan anjing najis
bukan anjing kacukan
bukan anjing penjajah
bukan...
bukan...
tapi...
anjing pemburu
tajam mata telinga
bisa taring kuku
kekar tegap berdiri
tatkala tiupan semboyan berkumandang
pemburu itu...
melompat
mengejar
menyalak segarang-garangnya
merobek
meratah
membunuh tanpa sangsi sedikitpun
sesekali anjing itu ditanduk
terpelanting ke dahan
berdengking kesakitan
tapi anjing itu...
bangkit menggonggong lagi
membenam taring berbisa
merobek dada musuh
suatu hari...ketika melangkah pulang dari buruan
anjing melihat rakannya kaku
tidak berkuit lagi
darah merah mengalir
menyimbahi bumi...
anjing berang...
mengejar lagi
melompat lagi
mengigit lagi
mengoyak lagi
menyalak-yalak lagi
lagi dan lagi...
penuh berani seolah-olah ingin mati
sehingga tiada satu musuhpun
mengangkat kepala mereka
Anjng itu telah semakin jauh
dalam buruannya
sehingga tika pulang menemui sang anak
hanya jasad kaku
bisu
lemah
tanpa hati
tanpa roh
kerana roh sang ayah anjing itu
pedih
sakit
bernanah
bersama perginya
rakan pemangsa dan mangsa.
setelah suasana kian aman
sedang luka anjing pemburu masih bernanah
begitulah...sehingga hayatnya
dan anak anjing seperti aku
tetap anak sang anjing itu
merasai natijah
dari wahana sebuah peperangan.
Aku anak anjing rupanya...
bukan anjing kurap
bukan anjing najis
bukan anjing kacukan
bukan anjing penjajah
bukan...
bukan...
tapi...
anjing pemburu
tajam mata telinga
bisa taring kuku
kekar tegap berdiri
tatkala tiupan semboyan berkumandang
pemburu itu...
melompat
mengejar
menyalak segarang-garangnya
merobek
meratah
membunuh tanpa sangsi sedikitpun
sesekali anjing itu ditanduk
terpelanting ke dahan
berdengking kesakitan
tapi anjing itu...
bangkit menggonggong lagi
membenam taring berbisa
merobek dada musuh
suatu hari...ketika melangkah pulang dari buruan
anjing melihat rakannya kaku
tidak berkuit lagi
darah merah mengalir
menyimbahi bumi...
anjing berang...
mengejar lagi
melompat lagi
mengigit lagi
mengoyak lagi
menyalak-yalak lagi
lagi dan lagi...
penuh berani seolah-olah ingin mati
sehingga tiada satu musuhpun
mengangkat kepala mereka
Anjng itu telah semakin jauh
dalam buruannya
sehingga tika pulang menemui sang anak
hanya jasad kaku
bisu
lemah
tanpa hati
tanpa roh
kerana roh sang ayah anjing itu
pedih
sakit
bernanah
bersama perginya
rakan pemangsa dan mangsa.
setelah suasana kian aman
sedang luka anjing pemburu masih bernanah
begitulah...sehingga hayatnya
dan anak anjing seperti aku
tetap anak sang anjing itu
merasai natijah
dari wahana sebuah peperangan.
Berderai air mata rinduku
(Puisi Malam Ini)
Hari ini, ku mendengar bait-bait kata lagu Cinta Bandar Tasik Selatan...
lalu ku ulang berkali-kali dalam Walkman ku kerna ia mengingatkan satu nostalgia sinis, sepi, kosong dan ....
"...Mengapakah perpisahan terjadi dalam cintaku
ketikaku memerlukan kasihmu
bagaikan dedaun layu yang gugur kekeringan
dahaga mengharapkan rindumu
senyum tangis sendamu
sentiasa dihatiku
namun kini kau tiada bersama..."
Awal bicara, lagu ini kunyanyikan saat ia popular tahun 1990 jika tidak silap...kira-kira 20 tahun yang lalu.
Lalu kunyanyikan lagu ini...bagaikan seorang yang terluka menggarap ihsan mengubat luka kecewa dihati ...dan begitulah diriku pada waktu itu. Ketika menyanyikan lagu ini...dalam bas menuju ke sebuah lokasi Program Anak Angkat...tidak kusangka ia menjadi satu noktah yang baru dalam makna kehidupanku. Rupanya ia hanyalah sifat keduniaanku semata-mata. Selepas itu, aku menerima ujian yang sedikit cuma, namun kerana lagu ini, kurasakan ia terlalu berat. Aku memberi nilai yang terlalu tinggi pada cinta dunia...sedangkan cinta pada-Nya adalah cinta sesungguh dan perlu difahami.
Mengapa harus menangis teman?
Kerna esok pasti kau bangkit bersama kenangan itu...
Mengapa harus mengenang teman?
Kalau kenangan itu sering menghiris hatimu...
Waktu itu, pada suatu masa dahulu, pernah kunyatakan, di mana aku tidak tahu, apakah masalah diriku yang sebenarnya?
Sinis sekali...tidak sangka ia terjawab hanya daripada salam perkenalan luka darimu.
la la la la la la .... dalam lagu itu jadi ... ha ha ha ha ha ha (mentertawa atas kebodohoan diri)
next page...puisi Sang Anak Anjing
Hari ini, ku mendengar bait-bait kata lagu Cinta Bandar Tasik Selatan...
lalu ku ulang berkali-kali dalam Walkman ku kerna ia mengingatkan satu nostalgia sinis, sepi, kosong dan ....
"...Mengapakah perpisahan terjadi dalam cintaku
ketikaku memerlukan kasihmu
bagaikan dedaun layu yang gugur kekeringan
dahaga mengharapkan rindumu
senyum tangis sendamu
sentiasa dihatiku
namun kini kau tiada bersama..."
Awal bicara, lagu ini kunyanyikan saat ia popular tahun 1990 jika tidak silap...kira-kira 20 tahun yang lalu.
Lalu kunyanyikan lagu ini...bagaikan seorang yang terluka menggarap ihsan mengubat luka kecewa dihati ...dan begitulah diriku pada waktu itu. Ketika menyanyikan lagu ini...dalam bas menuju ke sebuah lokasi Program Anak Angkat...tidak kusangka ia menjadi satu noktah yang baru dalam makna kehidupanku. Rupanya ia hanyalah sifat keduniaanku semata-mata. Selepas itu, aku menerima ujian yang sedikit cuma, namun kerana lagu ini, kurasakan ia terlalu berat. Aku memberi nilai yang terlalu tinggi pada cinta dunia...sedangkan cinta pada-Nya adalah cinta sesungguh dan perlu difahami.
Mengapa harus menangis teman?
Kerna esok pasti kau bangkit bersama kenangan itu...
Mengapa harus mengenang teman?
Kalau kenangan itu sering menghiris hatimu...
Waktu itu, pada suatu masa dahulu, pernah kunyatakan, di mana aku tidak tahu, apakah masalah diriku yang sebenarnya?
Sinis sekali...tidak sangka ia terjawab hanya daripada salam perkenalan luka darimu.
la la la la la la .... dalam lagu itu jadi ... ha ha ha ha ha ha (mentertawa atas kebodohoan diri)
next page...puisi Sang Anak Anjing
Saturday, May 29, 2010
Mentari Siang (Puisi Malam Ini)
Oleh: ainizar
Mentari Siang
Mentari siang memancarkan bahang panas
setelah penat memikir pelajaran
kubuka jendela
di hadapanku terpampang kehijauan
yang terang benderang kerna
dedaun itu dipancar sang mentari
Lalu ku tanya sang cuaca
mengapa terlalu panas sekali
sehingga jadilah keredupan hijau itu
agak
terang, getir dan pahit menyilau
Lihatlah fenomena alam
seakan satu teguran sinis pada kehidupan
yang kian panas
kerna tiada kemanusiaan
kerna tiada fikiran
kerna tiada belas kasihan
Meletakkan sesuatu pada justifikasi
yang sebenarnya betul
tapi tidak pada pemahaman mereka
yang kononnya pandai tapi tidak
yang kononnya tahu tapi salah tafsir
yang kononnya menegakkan keadilan
...tapi hanya besar pada nama.
Renungan panas mentari hari ini
seakan mengingatkan kita
pada Pencipta.
Mentari Siang
Mentari siang memancarkan bahang panas
setelah penat memikir pelajaran
kubuka jendela
di hadapanku terpampang kehijauan
yang terang benderang kerna
dedaun itu dipancar sang mentari
Lalu ku tanya sang cuaca
mengapa terlalu panas sekali
sehingga jadilah keredupan hijau itu
agak
terang, getir dan pahit menyilau
Lihatlah fenomena alam
seakan satu teguran sinis pada kehidupan
yang kian panas
kerna tiada kemanusiaan
kerna tiada fikiran
kerna tiada belas kasihan
Meletakkan sesuatu pada justifikasi
yang sebenarnya betul
tapi tidak pada pemahaman mereka
yang kononnya pandai tapi tidak
yang kononnya tahu tapi salah tafsir
yang kononnya menegakkan keadilan
...tapi hanya besar pada nama.
Renungan panas mentari hari ini
seakan mengingatkan kita
pada Pencipta.
Saturday, May 8, 2010
Pesisiran Ini
oleh: ainizar
kala menunggu waktu tibanya sang suria
memancar cahaya wanginya
hatiku
kerinduan pada malam
yang sering setia
menemani
murungku tiada noktah
menanti suatu yang tak pasti
elegi manja kehidupan
sentiasa pelbagai
corak dan warna
baru kelmarin
rasa sadis menerjah dalam gelora
kerna olahan rasa duniawi
yang kekadang sukar difahami
itulah kehendak Ilahi
kita hanya hambaNya pasrah
sesukar manapun ia.
Semoga terbitnya mentari esok
tidak lagi kewalangan...
kala menunggu waktu tibanya sang suria
memancar cahaya wanginya
hatiku
kerinduan pada malam
yang sering setia
menemani
murungku tiada noktah
menanti suatu yang tak pasti
elegi manja kehidupan
sentiasa pelbagai
corak dan warna
baru kelmarin
rasa sadis menerjah dalam gelora
kerna olahan rasa duniawi
yang kekadang sukar difahami
itulah kehendak Ilahi
kita hanya hambaNya pasrah
sesukar manapun ia.
Semoga terbitnya mentari esok
tidak lagi kewalangan...
Subscribe to:
Posts (Atom)
Ilusi - Syawal 1443H
Tangisan Hati - Ilusi Tak Bertepi ... tak pernah lepas kau dalam ingatanku ... tak pernah bisa aku melupakanmu dua syawal menjelang sudah ju...
-
oleh: ainizar kala menunggu waktu tibanya sang suria memancar cahaya wanginya hatiku kerinduan pada malam yang sering setia menemani ...
-
Tangisan Hati - Ilusi Tak Bertepi ... tak pernah lepas kau dalam ingatanku ... tak pernah bisa aku melupakanmu dua syawal menjelang sudah ju...
-
Ampunkan Aku Ya Allah kerana meminta terlalu banyak akan dunia sedang sudah terlalu banyak yang Kau berikan sehingga ada antaranya ta...